Senin, 30 September 2013
Mengapa Jenderal AH Nasution Curigai Soekarno Terlibat G 30 S ?
Oleh: M Hatta Taliwang
PERISTIWA Gerakan 30
September sudah 48 tahun berlalu. Tokoh-tokoh yang terlibat atau dituduh
terlibat mungkin semuanya sudah tiada (meninggal-red). Saat peristiwa itu terjadi, saya sendiri masih duduk dikelas
5 Sekolah Rakyat (sekarang SD) dipedalaman Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jenderal AH Nasution adalah salah satu yang menjadi target utama
penculikan dalam peristiwa tersebut, namun ia berhasil menyelamatkan diri, meskipun
anak bungsunya, Adek Irma Suryani, dan ajudannya Lettu P Tendean turut menjadi
korban terbunuh.
Sejak awal 1960-an, konflik antara Angkatan Darat (AD) dengan PKI sudah
mulai memanas. Soekarno dengan politik anti imperialisme/neokolonialisme-nya
lebih merapat ke PKI.
Seiring mesranya hubungan Soekarno dengan PKI/Blok Timur, seiring itu
pula hubungan Soekarno dengan Nasution merenggang, hingga akhirnya Nasution
disingkirkan. Menurut Nasution, sebelum tahun 1960, politik Soekarno relatif
netral dan belum anti barat.
Sepanjang tahun 1965, saling curiga antara Angkatan Darat dengan PKI
semakin memuncak, hingga akhirnya terjadilah peristiwa G30S yang memakan korban
terbunuhnya 6 (enam) Jenderal AD.
Dalam buku yang ditulis Julius Pour “G30S Fakta Atau Rekayasa” terbitan
Kata Hasta Pustaka 2013 tertulis, bahwa pada tanggal 13 Februari 1967,
Jenderal Nasution secara terbuka menuduh Presiden Soekarno terlibat dalam
peristiwa 30 September. Minimal Bung Karno telah mengetahui, bahwa akan terjadi
aksi penculikan terhadap 7 Jenderal Angkatan Darat (Halaman 378).
Bagaimana mungkin Jenderal Nasution yang sejak 1955 hingga 1962 menjadi
KSAD kepercayaan Soekarno, dan bersama-sama berdjoang mendekritkan kembali ke
UUD 1945 sampai pada kesimpulan demikian?
Seandainya Nasution yang wafat pada 06 September 2000 membaca apa yang
ditulis dalam buku Julius Pour, dimana banyak fakta dan penjelasan-penjelasan
baru dari berbagai sumber dan tokoh, mungkinkah Jenderal AH Nasution akan
meralat kecurigaannya pada Soekarno?
Untuk lebih mendalami argumentasi Nasution, sebaiknya kita ikuti
potongan-potongan tulisan dalam bukunya “Memenuhi
Panggilan Tugas” Jilid VI terbitan CV.Haji Masagung 1986. Mungkin argumentasi telah menimbulkan
perdebatan, tapi biarlah itu menjadi urusan ahli sejarah.
Berikut ini beberapa petikan penting: “Biar engkau dahulu Jenderal Petak di tahun 1945, tetapi kalau sekarang
memecah persatuan nasional revolusioner, kalau sekarang mengacaukan front
Nasakom, kalau sekarang memusuhi sokoguru-sokoguru revolusi, engkau jadi tenaga
reaksi” (pidato kenegaraan Bung Karno 17 Agustus 1965, hal 165).
“Saya mendengar dari Muallif
Nasution (Alm), yang kerap menjadi penghubung pribadi Bung Karno dengan Peking,
betapa pihak Cina semakin menuding saya sebagai tokoh militer yang negatif
terhadap Bung Karno, dan perlu diselesaikan” (Hal 166).
Usai menghadap Bung Karno pada 29 September 1965, Jaksa Agung Muda
Sunaryo menemui Jenderal Sabur (Ajudan Bung Karno), dan meneruskan desakan dari
Bung Karno, agar selekasnya menindak saya dan Jenderal-Jenderal lainnya (Hal
178).
Sebagian dialog antara Brigjen Sugandhi dengan DN Aidit (27 September
1965) adalah sebagai berikut; SUGANDHI: “Sudisman
sudah bicara dengan saya, tapi saya tak mau ikut PKI. Memangnya PKI mau adakan
Kup? Saya (AB) punya doktrin sendiri, ialah Saptamarga”.
DN AIDIT: “Bung, jangan bilang
kup. Itu perkataan jahat. PKI akan perbaiki revolusi yang dirongrong oleh Dewan
Jenderal. Dan tiga hari ini akan mulai. Bung ikut apa ndak? Ini semua Bung
Karno saya sudah beritahu semuanya”.
Lalu tanggal 30 September 1965, Sugandhi bertemu Bung Karno. Berikut
potongan dialognya; SUGANDHI: “Betul pak,
Dewan Jenderal itu tidak ada. Kan pak Yani sudah bicara sendiri, dan
menjelaskan pada bapak, bahwa Dewan Jenderal tidak ada. Dan lagi pak Yani itu
kan orang yang sangat setia kepada bapak, boleh dibilang rechterhand”.
PRESIDEN: “Sudah, kamu jangan
banyak bicara. Jangan ikut-ikut. Kamu tahu dalam revolusi menurut Thomas
Carlyle, seorang bapak dapat memakan anaknya sendiri. Kamu tahu?” (Hal 175).
“Demikianlah, maka akhirnya isu
“Dewan Jenderal” menumbuhkan kesatuan niat dan rencana antara Bung Karno dan
PKI. Pembicaraan-pembicaraan Bung Karno tentang isu itu, dan dipihak lain
pembicaraan-pembicaraan beliau dengan Jenderal Syafiudin, Sudirgo, Sabur dan
Sunaryo, memperkuat keyakinan Presiden soal adanya Jenderal-Jenderal yang tidak
loyal”.
Pada tanggal 29 September 1965, Jenderal Supardjo sendiri menghadap
Presiden di Istana, dan cukup lama berbicara. Dari penelitian, kemudian
dapatlah disimpulkan, bahwa Supardjo lah yang menjadi tokoh utama militer dalam
“operasi bersama” terhadap
Jenderal-Jenderal Angkatan Darat, Yani dkk dan saya sendiri. Tapi Letkol Untung
lah (dari Cakrabirawa) yang ditunjuk menjadi Ketua Dewan Revolusi, yang adalah
logis, karena titik tolak bahwa saya dan Yani di fitnah akan meng-kup Presiden,
sehingga pengawal Presiden lah yang pertama tampil membela” (Hal 177-178).
Kemudian pada tanggal 30 September 1965 malam lk pukul 23:00, sekembali
Presiden dari Musyawarah Besar Tehnik di Senayan, beliau meninggalkan Istana
secara mendadak, setidak-tidaknya tidak menurut kebiasaan. Seterrusnya beliau
menginap dirumah Ibu Dewi. Sementara itu, DN Aidit lk pukul 22:00, dan Omar
Dhani lk pukul 24:00 meninggalkan rumahnya masing-masing untuk tidur di Halim
dengan alasan untuk keamanan diri” (Hal 178-179).
Hampir semua yang ditulis pak Nasution sebagai bagian dari
kecurigaannya terhadap Soekarno dijelaskan dalam buku Julius Pour yang
bersumber dari Bung Karno, Aidit, Subandrio, Jenderal Supardjo, Kolonel Latief,
Mangil, Soeharto, Omar Dhani, Untung dan lain-lain.
Memang tidak mudah menyimpulkan peristiwa itu. Terlebih dengan adanya
dugaan keterlibatan pihak ke tiga, bahkan pihak asing yang menunggangi dengan
agendanya masing-masing. Juga sumber-sumber yang dikutip Nasution tidak dapat
diklarifikasi pada saat ini, lantaran kuatnya cengkeraman rezim militer pasca
G30S. ***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Oleh: M Hatta Taliwang PERISTIWA Gerakan 30 September sudah 48 tahun berlalu. Tokoh-tokoh yang terlibat atau dituduh terlibat mungkin ...
-
Ini Kebijakan Pemerintah atau Begundal Kapitalis? Analisis Oleh: Danil’s PEMERINTAHAN SBY-Budiono kembali menunjukan sikap ti...
-
SUARA GARUDA; - Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Anwar Adnan Saleh, mengancam akan melaporkan kontraktor pelaksana pembangunan jembat...
-
Soal Potensi Kerugian Sekitar Rp 2,387 Triliun Jakarta_Barakindo - Direksi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) ...
-
Oleh: M Hatta Taliwang MUNGKIN kata Tanah Tumpah Darahku dalam syair lagu Indonesia Raya mesti dibuang. Karena selama Indonesia merdek...
-
Suara Garuda ; JAKARTA - Ditengah gencarnya desakan pencopotan terhadap Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) II Pada...
-
Suara Garuda ;- JAKARTA - Setelah melaporkan kasus dugaan korupsi atas penyelenggaraan anggaran pemeliharaan rutin jalan dan jembatan...
19 komentar:
kasian untung dan suparjo ditinggalkan sukarno. sehingga nasution bisa langsung membalas g30s
good
Bukan adek tp ade irama suryani
Sayang sekali yah...Nasution nasibnya juga tidak bagus di era Suharto. Malah seperti orang berpenyakitan yg harus dijauhi.
Sy percaya ini rencana tuhan
Sy percaya ini rencana tuhan
ksihan skli pak nasution
bung karno terlibat memang
Kok soeharto gak di bahas ya
SoehartO Memang Diktator Dan Koruptor Tapi Dia Bukanlah Dalang G30SPKI
pak harto sudah tau karakter masing2 perwira sehingga tau bagaimana menyikapinya. pak harto didikan jend Sudirman, jasanya sangat besar thd bangsa dan negara
Soeharto bukan dalangnya, tapi Soekarno.
Fakta ini didapat, ketika Pak Nasution lolos dari pembunuhan. Begitu lolos, pak Nas mengamankan diri ke Mako Kostrad pukul 15.35 pd tgl 1 Oktober 1965 tsbt. Jika memamnk pak Harto, sudah pastilah, pak di habisi lagi dgn berbagai cara di Mako Kostrad. Justru sebaliknya, Pak Harto dan Pak Nas jadi 2 partner yg merontokkan kekuasaan Soekarno. Pak Harto jadi Presiden dan Pak Nasution jadi Ketua MPRS yg bertugas mencopot jabatan Soekarno dan melantik pak Harto. Jadi 2 tokoh itu tidak terlibat. Arahnya ke Soekarno karena pelaksana operasi penculikan dilapangan (letkol Untung) amburadul
Hahahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Ya tidak mungkinlah Soekarno berpihak ke PKI. Pak Presiden Soekarno itu anti komunis. PKI aja anti PANCASILA, terus nagapain dan buat apa Soekarno melahirkan PANCASILA. Koplok ni artikel..
Masa Nasution berkomplot dgn Soeharto utk menyerbu rumahnya sendiri & membunuh anaknya sendiri?
Kalau soal kemungkinan bisa banyak. Bs jd nasution tdk banyak tahu hal yg sebenarnya.
Jenderal Nasution dan mayjen suharto adalah jenderal2 pancasilais, jadi mereka sangat pantas untk tampil memberangus PKI yg anti pancasila. Dan berkat rahmat Allah Nasution di selamatkan dari upaya penculikan dan pembunuhan dlm gerakan 30 september.
belajar lagi ya miko.maluu baca komen anda.yg mencetuskan nasakom tu sukarno artinya nasional agama dan politik bukan nasional agama dan magicom ya miko.belajar lagi biar dak jadi magicom dandang nasi.bahlul dipiara,kambing atau ayam enye pelihara bisa dijual diambil telurnya.dibuat pupul kotorannya atau bisa ente makan.jgn bahlul dipiara ya mikooo
maaf nasakom tu nasional agama dan kkmjnis
Posting Komentar