Jumat, 17 April 2015

Tak Mampu Serap Gabah Lokal, Bulog Minta Bantuan Gubernur



Dicari Pejabat Bulog Yang Mampu Melindungi Petani & Gakin

Jateng_Barakindo- Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah (Jateng) mengaku kesulitan menyerap gabah/beras petani lokal. Hal itu terlihat dari rendahnya jumlah serapan pada panen raya 2015 ini.

Sadar ketidakmampuan dapat menyebabkan kurangnya stok beras nasional, Kepala Bulog Divre Jateng, Damin Hartono meminta bantuan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

"Kami sudah menyurati Gubernur, bahwa hasil serapan Bulog pada panen kali ini mengalami penurunan. Ini tidak hanya terjadi di Jateng, tapi juga di Bulog seluruh Indonesia," kata Damin, Kamis (16/4/2015).

Karenanya, ia berharap Gubernur membentuk tim untuk mengoptimalisasi pengadaan beras. Damin juga berharap, agar tim tersebut terdiri dari Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Biro Produksi di bawah Asisten III. "Selanjutnya, tim tersebut dapat melihat kondisi di lapangan seperti apa, jadi bisa sama-sama mengetahui yang sebenarnya terjadi," katanya.

Damin mengakui, tidak mudah memperoleh hasil panen sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan Bulog, di antaranya kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, menir maksimal 2 persen, dan derajat sosoh minimal 95 persen.

Menurutnya, yang banyak tersedia di lapangan saat ini adalah kadar air pada beras di atas 15 persen. Dengan kadar air tersebut, maka waktu simpan beras di gudang tidak bisa lebih dari tiga bulan. "Untuk yang berkadar air 14 persen saja waktu simpannya sekitar enam bulan, kalau kita paksakan mengambil yang kadar air 15 persen, maka jika penyimpanan lebih dari tiga bulan beras bisa menjadi tepung," kata Damin layaknya dilansir beritasatu, kemarin.

Sedangkan mengenai tingkat patahan, katanya, proses penggilingan beras sangat mempengaruhi. Di lapangan, para petani memanfaatkan jasa penyewaan penggilingan gabah keliling, padahal alat tersebut mengakibatkan beras menjadi tidak utuh. "Kalau pemerintah bisa melihat kondisi di lapangan, harapan kami nantinya ada solusi terkait proses penggilingan," imbuhnya.

Diketahui, sejak Maret hingga April, Perum Bulog Divre Jateng baru mampu menyerap beras petani lokal sekitar 10 ribu ton. Kondisi tersebut berbeda dari tahun lalu yang pada periode sama tingkat serapan beras sudah mencapai 95.000 ton.

Dipihak lain, Koordinator Nasional Protanikita, Bonang menyesalkan rendahnya serapan gabah/beras petani lokal, khususnya di Bulog Divre Jateng dan Jatim. Pasalnya, rendahnya serapan pada dua daerah sentra produksi gabah/beras nasional itu dapat berimbas pada minimnya stok beras nasional.

“Ironi kalau stok beras digudang Perum Bulog Jateng dan Jatim minim. Sebab, Jateng dan Jatim adalah lumbung padi nasional. Karena melipah, beras dari kedua daerah tersebut bahkan dikirim ke provinsi-provinsi lain. Ini gambaran nyata betapa buruknya manajemen pengelolaan stok di Perum Bulog,” katanya menambahkan, sudah saatnya Perum Bulog dipimpin oleh orang yang mengerti tentang Bulog. (Redaksi)*

0 komentar:

Berita Populer

Pengunjung Suara Garuda