Selasa, 13 Oktober 2015

Gila Tol, Pajak Kendaraan Menguap?



Jakarta_Barakindo- Dewasa ini, bermacam “kegilaan” terus saja mewabah, mulai dari gila Tol, gila impor bahkan gila utang. “Sepanjang sejarah Republik Indonesia (RI), pemerintah sekarang adalah yang paling “gila” dengan jalan Tol, mulai dari Tol Darat, Tol Laut, bahkan mungkin juga Tol Udara,” tulis ekonom muda, Salamuddin Daeng, dalam pesan blackbarry yang diterima Barak Online Group, Senin (12/10/2015).

Pemerintah, lanjutnya, seakan hendak mencari proyek-proyek besar bagi konco-konconya. Karena dengan swastanisasi fasilitas umum, maka bisnis jalan akan menjamur.

“Proyek Tol memang membawa manfaat bagi pemerintah dan segelintir orang disekitarnya. Tapi disisi lain, jalan umum yang sebelumnya dibangun dari pajak rakyat akan dirampas untuk diserahkan kepada pihak swasta,” kata Daeng.

Tak hanya sampai disitu, gila Tol juga akan berdampak pada terkurasnya pajak rakyat untuk membiayai kegiatan pemerintah yang tidak pernah melayani rakyat. “Jalan-jalan umum rusak parah, berlubang dan macet. Kecelakaan marak terjadi, dan ribuan nyawah melayang sia-sia setiap tahun akibat buruknya fasilitas jalan raya,” katanya.

Disisi lain, rakyat dipaksa bayar pajak mahal, dan terus meningkat setiap tahun, disertai berbagai pungutan, biaya perawatan jalan, biaya penerangan, beban administrasi bagi para pemungut dan berbagai bentuk pungutan lainnya. Belum lagi ditambah denda yang mencekik leher bagi yang terlambat membayar.

“Rakyat tidak memerlukan pemerintah yang hanya bisa memeras rakyat lewat pajak dan mengeruk kekayaan alam untuk memperkaya segelintir pebisnis. Yang dibutuhkan adalah pemerintah yang mau melayani rakyat,” jelas Daeng.

Yang terjadi pada pemerintahan masa kini, adalah memanipulasi kesulitan rakyat untuk menjadi ajang bisnis. “Rakyat sulit pangan dijadikan alasan untuk menaikan harga dan impor. Jalan macet dijadikan pembenaran untuk bisnis Tol dan jalan berbayar,” tandasnya menambahkan, orang-orang terdidik dinegeri ini hanya terlatih dan berani menghadapi penguasa yang diktator, tapi tidak terlatih mengahadapi “orang gila”. “Umumnya, orang terdidik akan menghindar jika dihadapannya ada orang gila. Jadi ya..., terima nasib, “ tambahnya. (Red)*

0 komentar:

Berita Populer

Pengunjung Suara Garuda